RABU ABU
“Ada pertanyaan dikalangan jemaat gereja tertentu karena belakangan ini di gerejanya diperingati perayaan Rabu Abu yang tahun ini jatuh pada tanggal 5 Maret 2014. Perayaan apakah itu?”
Rabu Abu atau dies cinerum (bhs Latin) dan ash Wednesday (bhs Inggeris) adalah hari pertama dari 40 hari puasa sebelum Paskah. 40 hari yang diisi puasa wajib dikenal sebagai perayaan Lent meniru lamanya puasa yang pernah dilakukan oleh Musa, Elia dan Yesus
(40 hari tidak termasuk 6 hari minggu dimana hari minggu dianggap hari
kemenangan karena Tuhan Yesus telah bangkit yang jatuh pada hari
minggu).
Gagasan puasa dengan bermandikan abu dilandaskan pengalaman dalam Perjanjian Lama (Bil.19:9,17; Ayb.42:6; Yer.6: 26; Dan.9:3; Jun.3:6) yang juga disebut dalam Perjanjian Baru (Ibr. 9:13),
dimana mereka yang mengaku dosa dan bertobat melakukan perkabungan
dengan menaburkan abu ke tubuhnya memohon pengampunan Tuhan, dalam PL
Abu kurban bakaran yang digunakan adalah abu kurban bakaran lembu muda.
Dalam sejarah gereja, perayaan Rabu Abu berkembang dalam tradisi gereja Katolik dan tercatat dalam Sakramen Gelasian (abad ke-7) dan juga Gregorian
(abad ke-8). Pada abad ke-11 kemudian dirayakan sebagai bagian liturgi
mengawali 40 hari puasa sebelum paskah (lent) dimana disusul perayaan
Hari Kebangkitan Yesus.
Dalam
Rabu Abu, abu yang digunakan adalah abu pembakaran daun palem yang
digunakan dalam perayaan minggu palem pada tahun sebelumnya dan seperti
dalam Perjanjian Lama melambangkan pengakuan dosa dan pertobatan untuk memohon pengampunan dosa, dan dilakukan didepan altar pada saat permulaan misa. Upacara umumnya dipimpin pastor dengan menaburkan abu yang telah diberkati keatas kepala atau mengoleskan abu palem yang biasanya dicampur air suci atau minyak zaitun ke dahi umat dalam bentuk tanda salib disertai ucapan: “Ingatlah, engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu” (Kej.3:19).
Ketika terjadi skisma gereja pada tahun 1057, Gereja Orthodox Timur tidak merayakannya sekalipun mereka merayakan lent dalam bentuk berbeda sedangkan Gereja Roma Katolik meneruskan perayaan Rabu Abu itu. Sejak Reformasi (1517) gereja Lutheran dan Anglican tetap merayakannya tetapi mereka meniadakan penggunaan abu maupun praktek puasa, sedangkan umumnya Gereja Reformasi
(Protestan) dan gereja-gereja bebas umumnya melepaskan perayaan itu
dengan pengertian bahwa yang penting bukan lambang pertobatan melainkan
pertobatan batin yang ditandakannya dan karena dalam Alkitab semua hari
dipandang sama saja maka tidak perlu ada hari khusus atau yang dianggap
suci untuk merayakan hal-hal yang tidak disuruh Yesus.
Sejak Konsili Vatikan II (1962-63)
dimana mulai terjalin hubungan dekat antara gereja Roma Katolik dan
gereja-gereja Reformasi, mereka saling melihat kekayaan tradisi dalam
penanggalan gereja masing-masing, banyak gereja Protestan mulai
tertarik menggali kembali perayaan Rabu Abu, itulah sebabnya masakini
beberapa gereja mempraktekkan perayaan Rabu Abu sekalipun pada umumnya
tanpa menggunakan abu dan hanya lambang salib dan tidak menjalankan
puasa seperti yang dilakukan gereja Roma Katolik.
Dibalik kegairahan kembali akan ritual Rabu Abu dan Puasa yang
menyusulnya di kalangan gereja-gereja masakini, kita diingatkan untuk
tidak mengulang kesalahan umat Israel yang disampaikan Firman Tuhan
melalui peringatan nabi Yesaya (Yes.58) tentang ritual Perjanjian Lama yang cenderung menekankan bungkus tetapi mengabaikan isi, melainkan agar menjadikan bungkus itu menyatu dan sesuai dengan isinya:
58:3
"Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa
kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?"
Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu,
dan kamu mendesak-desak semua buruhmu.
58:4
Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta
memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa
seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.
58:5
Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari
merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan
membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh
itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada
TUHAN?
58:6
Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka
belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau
memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,
58:7
supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke
rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat
orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak
menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!
58:8
Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan
pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan
TUHAN barisan belakangmu.
58:9
Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau
akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku!
Tentang Puasa, Tuhan Yesus juga mengingatkan agar kita menggunakan bungkus yang baru agar menyatu dengan isi yang baru sehingga keduanya terpelihara seperti yang ditulis sesuai yang ditulis oleh Matius (9:17, lih.juga.Mar.2:22 dan Luk.5:37-38):
9:17
Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang
tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu
terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan
orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah
kedua-duanya.