Apologetika Kristen (sebuah pengantar)
Oleh: Heri Sihaloho
Pengenalan tentang Apologetika (definisi, makna, dan maksud)
Dalam istilah kata yang dipakai adalah Apologia (n) yang berarti jawab
atau pertanggungjawaban kepercayaan kita kepada masyarakat (sebuah
pembelaan). Dalam bentuk kata kerja (v) digunakan Apologetik, yang
berarti seni atau keahlian seseorang untuk berapologia (pemikiran secara
ilmiah). Jadi secara umum dapat dikatakan sebagai ilmu yang menerangka
tentang pembelaan.
Apologetika Kristen
adalah pembelaan dan penjelasan agama Kristen terhadap serangan-serangan
dengan memakai argumentasi teologis dan filosofis untuk membuktikan
secara sitematis dan logis bahwa kekristenan adalah kebenaran yang
tertinggi.
Di dalam PB kata yang dipakai
bersifat pembelaan (apologia dan apologeomai). Kata tersebut biasanya
dipakai di dalam pengadilan di mana si terdakwa membela dirinya sendiri
terhadap dakwaan (KPR.22:1).
Asal mula munculnya Apologetika (pendekatan historis dan implikasinya)
Saat masa kekaisaran Romawi, makin lama makin besar penganut agama
Kristen, dan semakin besar jumlah orang Kristen yang mengalami serangan
dari luar dan dalam gereja. Serangan tersebut bisa dalam bentuk tulisan
atau juga kata-kata (lisan). Mereka dicaci maki, diejek, dan dihina
oleh masyarakat dan kaum terpelajar. Akibat dari perlawanan tersebut,
banyak orang Kristen yang mati syahid. Akan tetapi para pengikut Yesus
(gereja perdana) tidak berdiam diri saja, mereka melakukan perlawanan
dengan menuliskan banyak karangan bersifat apologetika.
Beberapa serangan yang ditujukan kepada pengikut Yesus adalah serangan
yang dipelopori oleh kaum terpelajar yaitu Celcus dan Lucian di abad
kedua. Inti serangan tersebut adalah serangan terhadap Kristus. Mereka
mengkritik status kristus yang bergaul dengan orang-orang bodoh seperti
nelayan atau dengan orang berdosa. Dan dikatakan juga bahwa Yesus
adalah anak haram. Selain serangan dari kaum terpelajar, ada juga
ejekan dan makian dari masyarakat yang bukan Kristen. Ejekan itu berupa
kebangkitan dari orang mati, pembaharuan, dan pertentangan yang terjadi
antara PL dan PB. Serangan terakir yang sering muncul adalah
perlawanan dari kaum Yahudi.
Para Apologet Kristen
bermunculan di abad kedua. Apologet bermunculan untuk menampik
serangan-serangan dari musuh yang melawan inti kekristenan.
Aristedes, dia adalah Uskup dari kota Atena pada abad kedua. Aristedes
menulis apologia tertua yang ditujukan kepada Hadrian. Dia membedakan
manusia ke dalam empat golongan, 1) kaum biadab, 2) kaum Yunani, 3) kaum
Yahudi, 4) kaum Kristen. Dua kelompok pertama menjadi kritikan dari
Aristedes.
Yustinus Martir (110-159), atau Justin
Martyr adalah seorang apologet yang piawai, terkemuka dan terpenting
saat itu. Dia adalah seorang filsuf musafir yang bertobat dan percaya
pada Kristus karena kesaksian seorang nelayan. Prinsip dalam
apologetikanya mengacu pada 3 hal, yakni: 1) penggenapan nubuatan PL, 2)
Mukjizat para rasul, 3) dan etika Kristen. Yustinus martir juga
menekankan konsep Yunani tentang Logos (firman) dan memanfaatkannya
untuk apologetikanya. Akhir hayatnya dia mati secara syahid di kota
Roma.
Tatian, murid Yustinus Martir yang berasal
dari Suria atau Asyur (mesopotamia). Akhir hidupnya ia habiskan dengan
merintis sebuah aliran gnostik.
Athenagoras, ia
hidup sejaman dengan Tatian. Ia menulis pembelaan untuk kaum Kristen
dan mengenai kebangkitan dari dunia orang mati. Dalam karangannya ia
banyak membantah tuduhan-tuduhan yang ditujukan kepada orang Kristen,
diantaranya orang Kristen adalah atheis.
Munculnya
Apologet pasca Justin Martyr, mereka adalah hidup di era abad kedua dan
ketiga. Secara khusus mereka melawan ajaran bidat yang berkembang saat
kekristenan dipengaruhi oelh gnostik, marcion, montanis, ebionit, dan
lain sebagainya. Dan pada akhirnya dalam berbagai pembelaan yang di
sampaikan oleh para pemikir Kristen saat itu, terbentuklah pengkanonan
atau pengakuan (credo). Para Apologet yang sering tampil saat itu
adalah Ireanus, Tertullianus, Hippolytus (dari Barat), dan Clemens dari
Alexandria, Origenes (dari Timur).
Bentuk-bentuk Apologetika
Karena bersifat pembelaan dalam konteks pengadilan maka bentuk dari
Apologetika adalah dialog dua arah (dialogis), adu argument yang
disertai dengan bukti-bukti kuat yang didapatkan dalam mendukung
pembelaannya. Bisa ditujukan kepada seseorang atau dalam jumlah yang
lebih besar (KPR 17:19-22). Apologetika tersebut disebut apologetika
terbuka, yang berarti ada perlawana, atau diberi kesempatan untuk
‘melawan”. Tetapi ada juga yang tanpa perlawanan (tertutup), sekalipun
apologetika sudah pasti menunjukkan sifat yang melawan, tidak menutup
kemungkinan orang tersebut menunjukkan sikap yang diam tanpa
perlawanan. Mungkin sudah terpojok atau tak mungkin lagi diberikan
sanggahan atau bantahan, karena akan memperkeruh pertikaian, atau memang
sulit untuk diajak berdialog. Contoh yang nyaris dianggap sama yakni
ketika Yesus dihadapan Pilatus, Yesus tidak banyak bicara dengan
Pembesar tersebut, hanya beberapa kata saja yang diungkapkan kepada
Pilatus.
Ada dua aspek/metode utama dari
apologetika Kristen. Pertama, biasanya disebut sebagai apologetika
klasik, mencakup memberikan bukti-bukti bahwa berita Kristen itu benar
adanya. Yang kedua, yang biasanya disebut apologetika anggapan mencakup
mengkonfrontasikan anggapan-anggapan (prasangka-prasangka,
asumsi-asumsi) dibalik pendirian anti-Kristen. Para penganut kedua
metode apologetika Kristen ini sering berdebat satu dengan yang lain
soal metode mana yang paling efektif. Kelihatannya menggunakan kedua
metode akan jauh lebih efektif, tergantung kepada orang dan situasi
Inti Persoalan yang sering muncul dalam perdebatan para Apologetika Kristen
Serangan terhadap Yesus Kristus (asal usul genetikal, kehidupan sosial)
Serangan terhadap kekristenan (isu-isu ajaran Kristen)
Serangan terhadap orang-orang Kristen (bersifat individual)
Timbulnya masalah Pengkanonan dan Pengakuan (kredo) à dilatarbelakangi oleh aliran-aliran
Penganiayaan dan Kesyahidan di dalam gereja purba (dampak penganiayaan)
Pertikaian Trinitas
Pertikaian Kristologi
Sampai perdebatan saat ini, baik di dalam gereja maupun di luar gereja
Pemikiran
Para tokoh Liberalis tentang seluruh isi Alkitab (musuh-musuh baru kaum
Apologet Kristen abad ke 17 dan ke-18, hingga era modern, karena
berkembang luas sumbangsihnya).
Serangan-serangan
dari kaum filsuf modern, dan Aliran gerakan Pencerahan. Gerakan ini
timbul di abad ke-18. Mereka beranggapan bahwa manusia telah menjadi
dewasa dan harus bernai berdikari, yakni melepaskan diri dari belenggu
takhayul, dogma dan segala bentuk keagamaan yang tak sesuai dengan
rasio.
Serangan-serangan dari ilmu pengetahuan.
Ada dua ajaran dari dunia science yang menggelisahkan kaum kristiani
saat itu, yakni penemuan Copernicus (abad ke-16) dan ajaran Darwin (abad
ke-19).
Serangan dari ilmu filsafat yang dikembangkan oleh Sokrates, Plato dan Aristoteles.
Serangan terhadap etika Kristen à bohong putih
Serangan dari sekularisasi à gaya hidup
Serangan terhadap iman Kristen mengenai etika medis à euthanasia, jual beli organ, etc
Serangan dari doktrin (dogma) dari agama lain terhadap iman Kristen à khususnya Islam
Teladan Yesus dalam memberikan pertanggungjawaban (apologetic).
Yesus
memberi jawaban atas keberatan-keberatan dan tuduhan-tuduhan terhadap
dirinya sendiri dan terhadap ajarannya (Yoh. 8: 41-58, 18:19-24, Matius
22:15-33, Markus 2:6-12, 10:2-9, Lukas 4: 22-28, etc). Dari ayat-ayat
tersebut maka ditemukan Yesus melakukan apologetic yang bersifat
defensif, terarah, selalu siap, futuris, dan situasional. Selain itu
Yesus pun sering menggunakan perumpamaan untuk mengemas pembelaannya,
apalagi pertanyaan itu ditujukan untuk menjatuhkan dirinya ke dalam
pengadilan agama. Berdasarkan hikmatNya, Yesus mampu meredam dan
menaklukan usaha orang farisi dan alim ulama untuk menjebak Dia dengan
berbagai macam pertanyaan yang sebenarnya tidak patut ditanyakan.
Apologetika Paulus
Fakta-fakta
tentang Paulus dalam memberikan pembelaan, yakni saat rasul Paulus
bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan wali negeri, Feliks yang tidak
percaya, ia berbicara (dialegomai) dengan mereka. Maksudnya ia
berdialog dan berdebat dengan memakai akal budi dan Perjanjian Lama (KPR
17:2, 18:4, 19, 19:8). Di kota Atena, Paulus bertukar pikiran (dalam
bhs Inggris, dispute= memperdebatkan) dengan orang Yahudi dan non Yahudi
(KPR 17:17).
Sikap Orang Kristen Dalam Mempertanggungjawabkan Iman Kristen kepada Orang Banyak
Memberikan
pertanggungan jawab kepada setiap orang tidak selalu harus dalam bentuk
percakapan. Bisa saja melalui pola hidup, pikiran, perilaku,
perkataan, serta karakter orang yang berapologetika harus selalu siap
menjawab setiap pertanyaan dari orang-orang yang berada dalam
kehidupannya, mulai dari rumah, tempat bekerja, sekolah, gereja, tempat
bermain, tempat bersosialisasi, di mana saja ia berada. Dengan kata
lain, ia harus menjadi garam dan terang di mana pun kita berada (Mat.
5:13-16; 2Kor. 3:2).
Sesuai dengan 1 Petrus 3:
15-16, ayat-ayat itu berbicara tentang pola hidup, karakter, perilaku
yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang Kristen. Nats ini
dalamsejarah apologetic disebut locus clasicus, artinya perkataan
Alkitabiah yang meletakkan dasar bagi tugas apologetic kita. Rasul
Petrus memerintahkan agar kita siap member “pertanggung jawab”
(apologia) kepada setiap orang yang memintanya, tetapi HARUSLAH DENGAN
LEMAH LEMBUT DAN HORMAT.
Untuk dapat menjadi
apologet yang handal, dia harus memiliki hubungan yang dekat dengan
Tuhan Yesus (tentunya sudah lahir baru), memiliki kebiasaan membaca
Alkitab sepenuhnya secara berulang-ulang, dan selalu ada kehidupan doa
yang dibangun kepadaNya. Dengan adanya prinsip dasar yang kuat itu maka
akan mampu menjawab setiap ancaman ideologi iman Kristen. Tentu Roh
Kudus tidak tinggal diam dalam memberikan pengetahuan (hikmat) yang
diluar kemampuan kita (Luk. 21:14-15).
Ev. Heri Sihaloho M.Th, menyelesaikan S2 nya di STBI Semarang, dan sebelumnya menempuh S1 di STT Tiranus Bandung. Beliau mengajar di sekolah kristen dan juga dosen teologi di salah satu STT di Jakarta.
No comments:
Post a Comment
kebijakan anda dalam berkomentar menunjukkan kedewasaan anda.