TUHAN TELAH MEMBUKA MATAKU
Sebelum saya percaya kepada Isa Almasih sebagai Tuhan dan Juru Selamat, saya adalah seorang Muslimah, berlatar belakang keluarga Muslim dan dibesarkan di sebuah pondok pesantren di Jawa Barat. Dari apa yang saya yakini dan pelajari selama itu, saya tumbuh menjadi seorang Muslimah yang fanatik dan anti-Kristen.
Lalu, bagaimana saya bisa percaya kepada Isa Almasih sebagai Tuhan dan Juru Selamat? Walaupun saya bangga dengan apa yang saya yakini dahulu, tetapi kalau bicara tentang hari penghakiman, itu hal yang paling menakutkan bagi saya karena saya tidak tahu pasti kalau saya mati apakah mendapat rahmat Allah (masuk surga) atau laknat Allah (masuk neraka). Saya menyadari bahwa saya hanyalah manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa.
Dari Sukabumi, saya hijrah ke Bandung untuk belajar keterampilan. Di Kota Kembang ini, saya tinggal di pondokan atau kos. Teman-teman saya kebanyakan orang Kristen dan kebiasaan saya yang dahulu tidak pernah berubah. Menjebak dan mendebat orang Kristen masih sering saya lakukan, dan saya tetap benci pada orang Kristen.
Entah mengapa, suatu hari saya ingin membaca Alkitab punya teman, dan ketika membuka kitab Kejadian ada tertulis "Allah menciptakan manusia dari tanah ...." Saya heran, kok sama dengan Alquran, padahal Injil itu 'kan sudah dipalsukan dan sebagainya, dan bahwa orang Kristen itu adalah orang kafir?
Awal ke Gereja
Berawal dari penasaran itu, saya mencari teman untuk pergi ke gereja. Saya ingin tahu dan ingin menyelidiki bagaimana orang Kristen beribadah. Benar, saya masuk gereja dan kali pertama itu, saya tidak bisa menahan rasa haru dan sedih. Saya menangis hingga kebaktian selesai. Batin saya berontak antara merasa telah melakukan dosa murtad dan percaya, murtad karena masuk gereja dan percaya kepada Tuhan.
Minggu-minggu berikutnya, saya selalu ingin dan rindu untuk datang ke gereja lagi, dan selama empat bulan, saya suka ke gereja. Namun selama itu, saya tidak mau berdoa dalam nama Yesus atau Isa Almasih. Saya percaya kepada Allah, tetapi tidak percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan sebagai Anak Allah.
Jatuh Sakit
Meskipun saya ke gereja, tetapi kewajiban saya selaku orang Muslim untuk salat lima waktu tetap saya kerjakan. Hingga pada suatu hari, saya jatuh sakit. Sesudah dua minggu sakit dan tidak ada tanda-tanda membaik, akhirnya pada hari minggu ketiga, ketika seorang hamba Tuhan mengajak berdoa melalui televisi, saya spontanitas ambil Alkitab dan tiba-tiba Alkitab terbuka sendiri. Di situ, Tuhan memberi ayat untuk saya dan saya ingat sekali ayat itu:
"Seorang dara yang menderita pendarahan selama 12 tahun ketika Almasih 'Isa lewat dia menjamah jubah-Nya, dia percaya dengan menjamah jubah-Nya dia akan sembuh."
Saya pikir itu kok sama dengan saya. Akhirnya, saya tantang Yesus. Saya berdoa, "Ya Rabbi 'Isa kalau memang Engkau Tuhan dan bisa menyembuhkan segala macam penyakit, sembuhkanlah saya," dan mukjizat terjadi besoknya, saya telah sembuh.
Surat Al-Ikhlas
Akhirnya, saya kaji lagi surat Al-Ikhlas yang menjadi sanggahan untuk percaya tentang Isa Almasih itu dan saya bandingkan dengan kisah kehidupan Isa Putra Maryam, dari mulai kelahiran, mukjizat-mukjizat-Nya, sampai kepada kematian dan kebangkitan-Nya kembali, bahkan kedatangan-Nya yang kedua kali. Yang lebih melekat di hati saya adalah Isa Putra Maryam bisa menghidupkan orang yang sudah mati. Kalau manusia bisa seperti itu, dia pasti takabur apalagi kalau tidak ada dasar kasih dalam hatinya. Di samping itu, yang berkuasa atas hidup matinya manusia hanya Penciptanya sendiri, yaitu Allah.
Dari ke semua ayat Al-Ikhlas itulah, saya bisa membuktikan kalau Isa (Yesus) itu adalah Allah. Tuhan bukakan mata rohani saya, yang selama ini tertutup oleh ilah-ilah zaman ini. Dan, saat itu juga, saya bisa percaya bahwa Isa Almasih (Yesus Kristus) bukan hanya nabi, melainkan Dia juga benar-benar Tuhan Yang Mahakuasa.
Setelah saya bisa percaya bahwa Isa itu Tuhan, tantangan pertama malah datang dari orang Kristen sendiri. Saya dahulu menilai orang-orang Kristen yang suka ke gereja itu baik-baik karena ada ajaran kasih, tetapi ternyata tidak. Saya pernah dimaki-maki dan diolok-olok, "Kamu jadi Kristennya pura-pura, mana mungkin orang pesantren bisa masuk Kristen, dasar tukang pelet, tukang santet, dll.."
Datang ke Orang Tua
Dari kesedihan itu, saya ingin pulang ke rumah untuk mengadu ke orang tua saya. Namun, apa yang saya dapatkan ketika saya sampai di rumah, semua keluarga menjauhi. Saya heran mengapa semuanya berubah seperti ini, bahkan ketika orang tua saya bilang, "Kamu dikasih apa sih sama mereka, sampai kamu bisa menjual agama kamu dan masuk Kristen?" Saya kaget orang tua saya tahu dari mana? Mereka pikir, saya masuk Kristen karena diberi mi instant atau yang lain oleh gereja, seperti yang mereka sangka selama ini, bahwa orang Islam masuk Kristen itu karena dirayu atau diberi uang, atau diberi makanan.
Caci maki pun keluar. Ayah saya berkata, "Aku tidak pernah menyangka kamu bisa jadi kayak gini. Kalau kamu berbuat dosa kayak apa pun masih bisa diampuni, tetapi ini dosa murtad, dosa yang tidak bisa diampuni lagi. Dahulu, aku bangga kamu bisa mengajar ngaji, dipakai di masyarakat, tetapi sekarang tidak ada artinya lagi. Aku bahkan disidang oleh ketua yayasan dan guru-guru di situ serta dimaki-maki gara-gara kamu masuk Kristen. Kamu benar-benar telah mencemarkan nama baik Pesantren sampai bisa masuk Kristen. Entah ditaruh di mana mukaku dan nama baik keluarga ini oleh kamu. Kamu ini kalau binatang, pasti sudah dibunuh karena sudah benar-benar mencemarkan nama baik. Sampah di pinggir jalan masih ada harganya, tetapi kamu tidak ada harganya sama sekali. Dan, biar kamu tahu, nama kamu itu sudah ayah masukkan proposal dan dikirim ke Menteri Agama."
Untuk apa? tanyaku. "Biar suatu saat kalau terjadi apa-apa sama kamu, aku sebagai orang tua sudah tidak mau bertanggung jawab lagi gara-gara kamu masuk Kristen," demikian jawab ayah.
Bagaikan disambar petir di siang bolong, aku kaget mengapa mereka tega seperti itu. Dan, lengkaplah sudah penderitaan saya waktu itu. Rupanya, setelah legalisasi ijazah, ketua yayasan langsung memanggil orang tua saya, hingga akhirnya mereka sepakat nama saya dimasukkan proposal dan dikirim ke Departemen Agama. Setelah tahu seperti itu, saya tidak ada pilihan lain lagi selain pergi dari rumah dan bertekad dalam hati, "Ya Isa, saya tidak akan meninggalkan Engkau, walaupun orang tua dan saudara saya mengabaikan saya. Hanya pada-Mulah Tuhan, aku serahkan segala bebanku ini." Tuhan Allah telah amat baik kepada diri saya. Walaupun saya telah pergi tanpa dibekali apa-apa oleh ibu dan bapa, Tuhan Allah Bapa tidak pernah mengabaikan saya! Haleluya!
Menyatakan Iman Percaya
Akhirnya, tibalah waktunya bagi saya untuk menyatakan iman percaya saya kepada Almasih Isa sebagai Tuhan dan Juru Selamat saya melalui Baptisan Kudus di sebuah gereja di Bandung, tahun 1994, setelah selama sembilan bulan belajar katekisasi. Setelah selesai baptisan itu, saya berdoa, "Tuhan, terima kasih karena Engkau telah memeteraikan saya, tetapi saya tidak ingin hanya saya saja yang selamat, saya pun ingin keluarga dan saudara-saudara saya diselamatkan, dan saya ingin menjadi penginjil, untuk memberitakan kabar keselamatan yang berasal dari Engkau seperti yang telah saya terima."
Dan, ajaib sekali Tuhan kita itu, Dia kirim dua orang ibu dengan membawa buku-buku penginjilan banyak sekali. Padahal, sebelumnya saya tidak pernah mengenal dan sama sekali belum pernah bertemu dengan kedua orang ibu itu, dan itu merupakan sukacita yang sangat besar sekali saya rasakan. Itu sebagai jawaban dari doa saya untuk menjadi penginjil. Dan puji Tuhan, saya diperkenankan belajar di Pusat Latihan "Christian Centre Nehemia" Jakarta.
Demikianlah kesaksian ini saya tulis, sebagai rasa ucapan syukur saya karena Almasih 'Isa Putra Maryam telah menyelamatkan saya dari lembah dosa dan kegelapan, dan telah membawa saya ke dalam terang Allah yang ajaib.
Sebelum saya percaya kepada Isa Almasih sebagai Tuhan dan Juru Selamat, saya adalah seorang Muslimah, berlatar belakang keluarga Muslim dan dibesarkan di sebuah pondok pesantren di Jawa Barat. Dari apa yang saya yakini dan pelajari selama itu, saya tumbuh menjadi seorang Muslimah yang fanatik dan anti-Kristen.
Lalu, bagaimana saya bisa percaya kepada Isa Almasih sebagai Tuhan dan Juru Selamat? Walaupun saya bangga dengan apa yang saya yakini dahulu, tetapi kalau bicara tentang hari penghakiman, itu hal yang paling menakutkan bagi saya karena saya tidak tahu pasti kalau saya mati apakah mendapat rahmat Allah (masuk surga) atau laknat Allah (masuk neraka). Saya menyadari bahwa saya hanyalah manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa.
Dari Sukabumi, saya hijrah ke Bandung untuk belajar keterampilan. Di Kota Kembang ini, saya tinggal di pondokan atau kos. Teman-teman saya kebanyakan orang Kristen dan kebiasaan saya yang dahulu tidak pernah berubah. Menjebak dan mendebat orang Kristen masih sering saya lakukan, dan saya tetap benci pada orang Kristen.
Entah mengapa, suatu hari saya ingin membaca Alkitab punya teman, dan ketika membuka kitab Kejadian ada tertulis "Allah menciptakan manusia dari tanah ...." Saya heran, kok sama dengan Alquran, padahal Injil itu 'kan sudah dipalsukan dan sebagainya, dan bahwa orang Kristen itu adalah orang kafir?
Awal ke Gereja
Berawal dari penasaran itu, saya mencari teman untuk pergi ke gereja. Saya ingin tahu dan ingin menyelidiki bagaimana orang Kristen beribadah. Benar, saya masuk gereja dan kali pertama itu, saya tidak bisa menahan rasa haru dan sedih. Saya menangis hingga kebaktian selesai. Batin saya berontak antara merasa telah melakukan dosa murtad dan percaya, murtad karena masuk gereja dan percaya kepada Tuhan.
Minggu-minggu berikutnya, saya selalu ingin dan rindu untuk datang ke gereja lagi, dan selama empat bulan, saya suka ke gereja. Namun selama itu, saya tidak mau berdoa dalam nama Yesus atau Isa Almasih. Saya percaya kepada Allah, tetapi tidak percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan sebagai Anak Allah.
Jatuh Sakit
Meskipun saya ke gereja, tetapi kewajiban saya selaku orang Muslim untuk salat lima waktu tetap saya kerjakan. Hingga pada suatu hari, saya jatuh sakit. Sesudah dua minggu sakit dan tidak ada tanda-tanda membaik, akhirnya pada hari minggu ketiga, ketika seorang hamba Tuhan mengajak berdoa melalui televisi, saya spontanitas ambil Alkitab dan tiba-tiba Alkitab terbuka sendiri. Di situ, Tuhan memberi ayat untuk saya dan saya ingat sekali ayat itu:
"Seorang dara yang menderita pendarahan selama 12 tahun ketika Almasih 'Isa lewat dia menjamah jubah-Nya, dia percaya dengan menjamah jubah-Nya dia akan sembuh."
Saya pikir itu kok sama dengan saya. Akhirnya, saya tantang Yesus. Saya berdoa, "Ya Rabbi 'Isa kalau memang Engkau Tuhan dan bisa menyembuhkan segala macam penyakit, sembuhkanlah saya," dan mukjizat terjadi besoknya, saya telah sembuh.
Surat Al-Ikhlas
Akhirnya, saya kaji lagi surat Al-Ikhlas yang menjadi sanggahan untuk percaya tentang Isa Almasih itu dan saya bandingkan dengan kisah kehidupan Isa Putra Maryam, dari mulai kelahiran, mukjizat-mukjizat-Nya, sampai kepada kematian dan kebangkitan-Nya kembali, bahkan kedatangan-Nya yang kedua kali. Yang lebih melekat di hati saya adalah Isa Putra Maryam bisa menghidupkan orang yang sudah mati. Kalau manusia bisa seperti itu, dia pasti takabur apalagi kalau tidak ada dasar kasih dalam hatinya. Di samping itu, yang berkuasa atas hidup matinya manusia hanya Penciptanya sendiri, yaitu Allah.
Dari ke semua ayat Al-Ikhlas itulah, saya bisa membuktikan kalau Isa (Yesus) itu adalah Allah. Tuhan bukakan mata rohani saya, yang selama ini tertutup oleh ilah-ilah zaman ini. Dan, saat itu juga, saya bisa percaya bahwa Isa Almasih (Yesus Kristus) bukan hanya nabi, melainkan Dia juga benar-benar Tuhan Yang Mahakuasa.
Setelah saya bisa percaya bahwa Isa itu Tuhan, tantangan pertama malah datang dari orang Kristen sendiri. Saya dahulu menilai orang-orang Kristen yang suka ke gereja itu baik-baik karena ada ajaran kasih, tetapi ternyata tidak. Saya pernah dimaki-maki dan diolok-olok, "Kamu jadi Kristennya pura-pura, mana mungkin orang pesantren bisa masuk Kristen, dasar tukang pelet, tukang santet, dll.."
Datang ke Orang Tua
Dari kesedihan itu, saya ingin pulang ke rumah untuk mengadu ke orang tua saya. Namun, apa yang saya dapatkan ketika saya sampai di rumah, semua keluarga menjauhi. Saya heran mengapa semuanya berubah seperti ini, bahkan ketika orang tua saya bilang, "Kamu dikasih apa sih sama mereka, sampai kamu bisa menjual agama kamu dan masuk Kristen?" Saya kaget orang tua saya tahu dari mana? Mereka pikir, saya masuk Kristen karena diberi mi instant atau yang lain oleh gereja, seperti yang mereka sangka selama ini, bahwa orang Islam masuk Kristen itu karena dirayu atau diberi uang, atau diberi makanan.
Caci maki pun keluar. Ayah saya berkata, "Aku tidak pernah menyangka kamu bisa jadi kayak gini. Kalau kamu berbuat dosa kayak apa pun masih bisa diampuni, tetapi ini dosa murtad, dosa yang tidak bisa diampuni lagi. Dahulu, aku bangga kamu bisa mengajar ngaji, dipakai di masyarakat, tetapi sekarang tidak ada artinya lagi. Aku bahkan disidang oleh ketua yayasan dan guru-guru di situ serta dimaki-maki gara-gara kamu masuk Kristen. Kamu benar-benar telah mencemarkan nama baik Pesantren sampai bisa masuk Kristen. Entah ditaruh di mana mukaku dan nama baik keluarga ini oleh kamu. Kamu ini kalau binatang, pasti sudah dibunuh karena sudah benar-benar mencemarkan nama baik. Sampah di pinggir jalan masih ada harganya, tetapi kamu tidak ada harganya sama sekali. Dan, biar kamu tahu, nama kamu itu sudah ayah masukkan proposal dan dikirim ke Menteri Agama."
Untuk apa? tanyaku. "Biar suatu saat kalau terjadi apa-apa sama kamu, aku sebagai orang tua sudah tidak mau bertanggung jawab lagi gara-gara kamu masuk Kristen," demikian jawab ayah.
Bagaikan disambar petir di siang bolong, aku kaget mengapa mereka tega seperti itu. Dan, lengkaplah sudah penderitaan saya waktu itu. Rupanya, setelah legalisasi ijazah, ketua yayasan langsung memanggil orang tua saya, hingga akhirnya mereka sepakat nama saya dimasukkan proposal dan dikirim ke Departemen Agama. Setelah tahu seperti itu, saya tidak ada pilihan lain lagi selain pergi dari rumah dan bertekad dalam hati, "Ya Isa, saya tidak akan meninggalkan Engkau, walaupun orang tua dan saudara saya mengabaikan saya. Hanya pada-Mulah Tuhan, aku serahkan segala bebanku ini." Tuhan Allah telah amat baik kepada diri saya. Walaupun saya telah pergi tanpa dibekali apa-apa oleh ibu dan bapa, Tuhan Allah Bapa tidak pernah mengabaikan saya! Haleluya!
Menyatakan Iman Percaya
Akhirnya, tibalah waktunya bagi saya untuk menyatakan iman percaya saya kepada Almasih Isa sebagai Tuhan dan Juru Selamat saya melalui Baptisan Kudus di sebuah gereja di Bandung, tahun 1994, setelah selama sembilan bulan belajar katekisasi. Setelah selesai baptisan itu, saya berdoa, "Tuhan, terima kasih karena Engkau telah memeteraikan saya, tetapi saya tidak ingin hanya saya saja yang selamat, saya pun ingin keluarga dan saudara-saudara saya diselamatkan, dan saya ingin menjadi penginjil, untuk memberitakan kabar keselamatan yang berasal dari Engkau seperti yang telah saya terima."
Dan, ajaib sekali Tuhan kita itu, Dia kirim dua orang ibu dengan membawa buku-buku penginjilan banyak sekali. Padahal, sebelumnya saya tidak pernah mengenal dan sama sekali belum pernah bertemu dengan kedua orang ibu itu, dan itu merupakan sukacita yang sangat besar sekali saya rasakan. Itu sebagai jawaban dari doa saya untuk menjadi penginjil. Dan puji Tuhan, saya diperkenankan belajar di Pusat Latihan "Christian Centre Nehemia" Jakarta.
Demikianlah kesaksian ini saya tulis, sebagai rasa ucapan syukur saya karena Almasih 'Isa Putra Maryam telah menyelamatkan saya dari lembah dosa dan kegelapan, dan telah membawa saya ke dalam terang Allah yang ajaib.
No comments:
Post a Comment
kebijakan anda dalam berkomentar menunjukkan kedewasaan anda.